Kalau ada pertanyaan, bidang pekerjaan apa yang paling diminati atau sedang tren saat ini, jawabannya bisa jadi adalah media. Perkembangan teknologi yang demikian pesat membuat arus informasi semakin tidak terbendung untuk segera sampai pada publik. Media yang didapuk sebagai fasilitator dalam pemenuhan kebutuhan ini pun secara otomatis saling berlomba-lomba memberikan servis yang terbaik guna membuktikan diri sebagai yang tercepat, terdepan, dan terpercaya.
Ambisi ini tentu saja membutuhkan kerja keras dari para awak media yang memang selalu berada pada garda terdepan dalam penyampaian informasi kepada masyarakat. Untuk mengemban tugas berat ini diperlukan orang-orang yang berkualitas, mental dan fisik baja, kreatif, dan memiliki motivasi tinggi; karakter-karakter yang seringkali ditemui dalam diri para fresh graduates. Oleh karena itu, media apapun (cetak, elektronik, online) sekarang ini lebih mengutamakan untuk merekrut para lulusan baru. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa bidang ini semakin populer dikalangan angkatan muda yang memang suka tantangan.
Bukti bahwa profesi pekerja media menjadi favorit dapat terlihat saat perhelatan JobsDB.com Career Expo 2009 yang diadakan tanggal 16-18 Oktober 2009 yang lalu di Balai Kartini Jakarta. Di stand perusahaan media, mulai dari stasiun tv, radio, hingga grup koran dan majalah selalu dipenuhi oleh jobseekers yang antri untuk melamar beberapa posisi yang tersedia seperti reporter, presenter, announcer, TV journalist, penulis, dan lain sebagainya.
General Manager PT. Jobs DB Indonesia, Chandra Ming, mengakui bahwa minat masyarakat untuk berkarir di perusahaan media terkait dengan citra perusahaan yang menawarkan kebanggaan, prestise dan peluang untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi. Apalagi jika perusahaan media yang diminati sedang berkibar popularitasnya atau terdepan di segmentasi pasarnya, seperti yang terjadi di stand milik dua stasiun tv nasional, TransTV dan MetroTV. Dengan menyediakan test camera langsung, keduanya diserbu oleh job seekers yang mengincar posisi pembaca berita atau reporter.
Namun, pekerja media bukanlah jenis profesi yang hanya menuntut semangat jiwa muda dan penampilan fisik yang menarik semata. Sebab, dunia media yang sesungguhnya dimulai dari lapangan, tempat segala macam informasi didapatkan untuk kemudian diproses menjadi sebuah materi berita atau tayangan yang bernilai dan berguna bagi masyarakat, bukan serta merta terlaksana di dalam studio dingin ber-AC seraya berpakaian rapi dan berpenampilan rupawan serta siap berhadapan dengan kamera.
Berikut ini adalah beberapa posisi di bidang media yang semakin diminati oleh para jobseekers di Indonesia.
Jurnalis/reporter/pewarta. Kalau dulu profesi ini sangat spesifik dan kurang digemari, sekarang justru sebaliknya. Banyak anak muda yang beramai-ramai menjadi reporter, baik untuk media cetak, elektronik maupun online. Segampang itukah menjadi reporter? Menurut buku Menggebrak Dunia Wartawan karya Kurniawan Junaedhie (1993), sedikitnya ada 6 (enam) syarat untuk menjadi wartawan, diantaranya:
1. tidak gagap teknologi,
2. memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan punya nyali,
3. menguasai bahasa (terutama kemampuan menulis yang baik),
4. tahu etika dan sopan santun (memahami kode etik jurnalistik),
5. disiplin terhadap waktu deadline,
6. dan berwawasan luas.
7. Bertanggung jawab terhadap isi berita yang dibuatnya juga termasuk syarat penting.
Diantara syarat-syarat yang disebutkan diatas, tidak ada keharusan memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik, yang berarti profesi ini terbuka untuk semua disiplin ilmu. Sementara itu kemampuan menulis bisa didapatkan dengan berbagai cara seperti mengikuti berbagai pelatihan menulis atau writing course ditambah dengan keuletan untuk terus berlatih. Berkembangnya blog atau halaman pribadi yang memungkinkan penggunanya menulis apapun yang diinginkan mulai dari sekedar curahan hati, cerpen, berita, review sampai artikel juga jadi media berlatih dan unjuk kebolehan menulis. Kemajuan teknologi benar-benar telah mempermudah dan memperluas kesempatan untuk menjadi wartawan.
Presenter/Master of Ceremony (MC). Berbeda dengan reporter yang bekerja di belakang layar dan harus melalui 3 tahapan (wawancara, transkrip, dan menulis berita), pekerjaan presenter dianggap lebih praktis. Dengan mengandalkan kepercayaan diri yang tinggi, kemampuan komunikasi yang baik, serta spontanitas, seorang presenter siap memandu sebuah acara, baik itu berita, olahraga, talkshow, realityshow, kuis, dan lain-lain. Penghasilan yang didapat pun terbilang lumayan besar, untuk satu kali event, seorang presenter mampu mengantongi jutaan rupiah, sementara dalam sehari ia bisa tampil 2-3 kali. Itupun belum termasuk 'bonus' menjadi terkenal atau minimal diingat oleh audience. Oleh karena itu, orang-orang yang memang hobi cuap-cuap dan berhadapan dengan orang banyak akan mendapati pekerjaan ini sangat menyenangkan dan pastinya menguntungkan.Diantara syarat-syarat yang disebutkan diatas, tidak ada keharusan memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik, yang berarti profesi ini terbuka untuk semua disiplin ilmu. Sementara itu kemampuan menulis bisa didapatkan dengan berbagai cara seperti mengikuti berbagai pelatihan menulis atau writing course ditambah dengan keuletan untuk terus berlatih. Berkembangnya blog atau halaman pribadi yang memungkinkan penggunanya menulis apapun yang diinginkan mulai dari sekedar curahan hati, cerpen, berita, review sampai artikel juga jadi media berlatih dan unjuk kebolehan menulis. Kemajuan teknologi benar-benar telah mempermudah dan memperluas kesempatan untuk menjadi wartawan.
Photographer. Sekali lagi teknologi telah membuktikan pengaruhnya terhadap pilihan karir seseorang. Kamera, sebagai modal utama photographer semakin beragam dan canggih featurenya, belum lagi dengan keberadaan perangkat lunak yang bisa mengedit hasil foto sehingga menjadi lebih indah dan artistik. Perlengkapan penunjang sudah ada, tinggal meningkatkan skill melalui kelas fotografi untuk mempelajari teknik dan komposisi dan berlatih memotret sesering mungkin, jadilah seorang fotographer amatir. Kalaupun tidak bekerja untuk suatu perusahaan, fotographer bisa jadi freelancer yang menangani project dari klien yang berbeda-beda selain mungkin juga membuka usaha jasa wedding photo atau sejenisnya.